Oleh Iqbal Asyadad
Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi di suatu tempat dapat diterima oleh beberapa stasiun di seluruh dunia karena getaran tersebut merupakan gelombang seismik yang merambat di bumi secara mekanis. Event gempa yang sama menghasilkan rekaman seismogram yang berbeda-beda pada stasiun gempa yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jarak antara sumber gempa dan beberapa stasiun penerima gempa. Perbedaan jarak ini kemudian menyebabkan gelombang seismik yang diterima telah melewati tempat dengan kondisi yang berbeda pula sehingga rekamannya akan berbeda-beda.
Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi di suatu tempat dapat diterima oleh beberapa stasiun di seluruh dunia karena getaran tersebut merupakan gelombang seismik yang merambat di bumi secara mekanis. Event gempa yang sama menghasilkan rekaman seismogram yang berbeda-beda pada stasiun gempa yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jarak antara sumber gempa dan beberapa stasiun penerima gempa. Perbedaan jarak ini kemudian menyebabkan gelombang seismik yang diterima telah melewati tempat dengan kondisi yang berbeda pula sehingga rekamannya akan berbeda-beda.
Gempa berdasarkan jarak sumber dengan
stasiun penerimanya dibagi menjadi 3 yaitu gempa local (local event), gempa
regional, dan gempa teleseismik. Gempa lokal (local event) adalah jika sumber
gempa berada <10° dari stasiun penerima gempa. Dengan asumsi 1° adalah
111,11 km maka gempa local event adalah gempa dengan sumber gempa episenter
berjarak < 1.111,1 km dari stasiun penerima gempa. Gempa local events
biasanya dicirikan dengan onset yang impulsive (tiba-tiba) dan frekuensi yang
tinggi serta dengan bentuk sinyal dengan ekor yang menurun secara eksponensial.
Gempa yang diterima stasiun dengan jarak
10° - 20° (episenter 1.111,1 - 2.222,2 km) dari sumber gempa adalah jenis gempa
regional. Gempa jenis ini memiliki periode yang lebih besar dari local event
namun lebih kecil dari teleseismik. Yang terakhir adalah jenis gempa
teleseismik, yaitu gempa yang diterima stasiun dengan jarak >20° (episenter
>2.222,2 km) dari pusat gempa. Gempa teleseismik memiliki frekuensi yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan gempa local event dan regional, karena
dengan frekuensi yang rendah maka gelombang akan dapat meerambat lebih jauh
kedalam.
Dengan menganalisis rekaman seismogram
kita dapat mengetahui bagaimana struktur internal bumi. Hal ini karena
gelombang seismik yang direkam adalah hasil dari perambatan gelombang dari
pusat gempa yang melewati struktur-struktur internal bumi hingga sampai di
stasiun gempa. Ketika melewati struktur tersebut gelombang seismik akan
mengalami banyak kejadian seperti pemantulan, pembiasan, memiliki sifat
tertentu di di medium tertentu dan lain-lain. Contohnya gelombang seismik yang
mengalami pembiasan menjauhi garis normal jika melalui medium dengan densitas
yang lebih besar, kecepatan gelombang s yang mendekati nol ketika melewati
medium yang semakin cair, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa tersebut yang
kemudian mempengaruhi bentuk gelombang seismik yang sampai kepada stasiun
gempa.
Referensi:
Bahan Kuliah Praktikum Seismologi, Acara
2-Pengenalan Seismogram, Praktikum Seismologi, Laboratorium, Geofisika,
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Gadjah Mada, DIY.
mdnghtgold, 2017. Gempa Bumi Teleseismic. Dapat
diakses di https://id.scribd.com/document/360137158/Gempa-bumi-Teleseismic
Diakses 22, Maret 2019
0 komentar:
Posting Komentar